PERSAMAAN HAMMET
Nesya el Hikmah
Universitas Jambi
Suatu reaksi
polar terjadi karena interaksi antara sebuah nukleofil dengan sebuah elektrofil.
Kekuatan interaksi dan affinitas reaksi tersebut umumnya dikuasai oleh kekuatan
nukleofil dan elektrofil pereaksi. Gugus substituen yang tidak mengalami reaksi
namum berlokasi di dekat pusat reaksi mengganggu kekuatan tersebut melalui penarikan
elektron atau penyumbangan elektron. Substituen pemberi elektron meningkatkan
kekuatan nukleofil (kebasaan) dan menurunkan kekuatan elektrofil (keasaman),
hal yang sebaliknya terjadi pada substituen penarik elektron yang akan meningkatkan
kekuatan elektrofil dan menurunkan kekuatan nukleofil pereaksi.
Pada tahun 1937 Hammett mengusulkan
suatu hubungan kuantitatif untuk menghitung pengaruh substituen terhadap
reaktivitas molekul, hubungan ini disebut persamaan Hammett. Hammet mendapatkan
fakta bahwa reaksi sekelompok metil ester dengan Nme3 mempunyai laju
reaksi berbanding langsung dengan tetapan ionisasi asam karboksilat yang
berkait dalam air.
log k / ko = σ ρ
Ket :
k = tetapan hidrolisis ester
tersubstitusi meta atau para
Ko = tetapan hidrolisis yang
bekaitan dengan senyawa tak tersubstitusi
σ = tetapan substituen
ρ = tetapan reaksi
Persamaan
ini menggambarkan pengaruh substituen polar posisi meta atau para terhadap sisi
reaksi turunan benzena. Persamaan Hammet tidak berlaku untuk substituen pada
posisi orto karena adanya efek sterik, dan juga terhadap turunan alifatik
karena pelintiran rantai karbon dapat menimbulkan aksi sterik.
Suatu alur
log k/ko lawan σ adalah linier, dan kemiringannya adalah ρ Tetapan
substituent σ ditetapkan dengan Persamaan:
σ log = k/ko
Dengan Ko menyatakan tetapan ionisasi asam
benzoat, dan K adalah tetapan ionisasi turunan asam benzoat. Persamaan
tersebut mengukur efek polar substituen relatif terhadap hidrogen, efek ini
tidak tergantung pada sifat reaksi. Efek induksi dan efek mesomeri keduanya
terkandung dalam persamaan diatas. Tetapan reaksi ρ mengukur
kerentanan reaksi terhadap efek polar, tetapan ini tergantung pada reaksi.
Persamaan
Hammet yang telah mengalami perluasan tertentu telah diusulkan. Jaffe
menyelidiki sifat penambahan lebih daripada satu gugus kepada cincin aromatik. Jaffe
menemukan bahwa nilai σ untuk berbagai gugus dapat dijumlahkan dan hubungan berikut
memberikan hasil yang baik.
log k/ko = pΣσ
Dengan
berarti jumlah Σσ nilai-nilai σ dari semua gugus.
Bagi senyawa
yang mengandung lebih dari satu cincin benzena,Persamaan berikut ini dapat
digunakan untuk menghubungkan hasil-hasil tersebut
log k/ko = npσ
Di dalam
sistem alifatik kaku seperti asam 4-substituen bisiklo [2,2,2]oktan-1-karboksilat,
substituen-substituen juga mengikuti persamanaan Hammett meskipun dengan
kumpulan nilai σ yang berbeda, digambarkan
dengan σ1. Nilai σ1 menyatakan efek elektrik substituen yang terikat pada atom
karbon hibridasi sp3 karena efek ini diteruskan elektron σ.
Persamaan
Hammett terbukti paling sukses digunakan untuk hubungan kuantitatif antara
struktur-struktur senyawa dengan kesetimbangan atau kecepatan reaksi. Akan tetapi
teramati pula adanya penyimpangan dari persaman tersebut. Telah ditemukan adanya
grafik antara logaritme tetapan kecepatan reaksi lawan σ yang non-linear, diperoleh
dari reaksi klorinasi dengan nitrasi benzena tersubstitusi, dan reaksi
benzilhalida dengan amina. Tetapan kecepatan reaksi solvolisis meta-substitusi
fenil dimetil karbinil klorida memberikan grafik linier terhadap tetapan σ,
tetapi para-substituen menyimpang dari linearitas. Alasan yang paling penting
untuk deviasi ini adalah interaksi resonansi antara substituen dengan
pusat reaksi.
Nilai σ yang
berbeda diperlukan untuk menghubungkan reaktivitas substituen dalam reaksi.
Brown dkk. mengusulkan tetapan substituen baru (disimbol σ+) yang bedasarkan pada solvolisis fenil metil
karbinil klorida sebagai reaksi pembanding. Persamaan Hammet termodifikasi
tersebut dinyatatakan sebagai berikut:
log k/ko= pσ+
Substituen Hammett konstan, σ,
terdiri dari dua istilah independen: efek induktif σ I dan
efek resonansi kutub σ R. Komponen ini merupakan konsekuensi
dari adanya suatu substituen tertentu pada reaktivitas melalui sigma dan pi
obligasi, masing-masing. Untuk substituen tertentu, nilai σ umumnya
diasumsikan konstan, terlepas dari sifat reaksi, namun, telah menunjukkan bahwa
untuk reaksi dari para tersubstitusi senyawa di mana keadaan transisi dikenakan
biaya hampir penuh, σ R tidak tetap konstan, dan dengan
demikian, jumlahnya σ =
σR + σI juga variabel. Dengan kata
lain, untuk reaksi tersebut, penerapan Persamaan Hammett standar tidak
menghasilkan plot linear.
Nilai angka bagi ρ (Tabel 1) dapat diinterperetasikan dengan yang sama.
Suatu reaksi yang melibatkan muatan positif dalam keadaan transisi akan dibantu
oleh substituen pemberi elektron dan nilai ρ akan
negatif. Di pihak lain bagi reaksi yang melibatkan penurunan muatan positif
atau meningkatan muatan negatif akan dipermudah oleh substituen penarik
elektron dan nilai ρ akan positif. Besarnya nilai ρ menunjukkan
kepekaan pusat reaksi terhadap efek polar dari substituen dan juga memberikan
informasi tentang sifat keadaan transisi yang terlibat dalam reaksi. Kecepatan
sejumlah reaksi telah dihubungkan dengan persamaan Hammet, dan beberapa yang
lain dapat diperkirakan dengan menggunakan persamaan Hammet. Sangat sulit
memperkirakan ρ dari kondisi
percobaan karena ρ tergantung pada banyak faktor seperti pelarut, sifat
gugus pergi, dan sebagainya. Penempatan gugus metilen diantara pusat reaksi
dengan cincin aromatik akan menurunkan nilai ρ karena efek polar diteruskan melalui
ikatan yang telah bertambah.
Tabel 1. Hubungan
kecepatan reaksi dengan tetapan substituen
Reaksi
|
Hubungan dengan
|
|
Interpretasi
|
Hidrolisis metil benzoat
tersubstitusi-p, H2SO4
95%, 25oC
|
σ
|
-3,6
|
Gugus pemberi elektron
mempercepat reaksi,
pemutusan asil-oksigen
|
Hidrolisis 2,6-dimetilbenzoat
tersubstitusi-4, 60% dioksama, 40%
air, pada 82o-174oC
|
σ
|
+1,26
|
Gugus penarik elektron
mempercepat reaksi,
pemutusan asil-oksigen
|
Hidrolisis 2,6-dimetilbenzoat
tersubstitusi-4, H2SO4,
pada 25oC
|
σ+
|
-3,22
|
Gugus pemberi elektron
Mempercepat reaksi Gugus pemberi
elektron
mempercepat reaksi
|
Hidrasi stirena, HClO4,
pada 25oC
|
σ+
|
-3,44
|
Keadaan transisi
menyerupai intermediate
ion karbonium
|
Penataan ulang secara termal eter
arilpropargil
|
σ+
|
-0,43
|
Pengusiran elektron
membantu reaksi
|
Persamaan Hammett terbukti paling sukses digunakan untuk hubungan
kuantitatif antara struktur-struktur senyawa dengan kesetimbangan atau
kecepatan reaksi. Akan tetapi teramati pula adanya penyimpangan dari persaman
tersebut. Telah ditemukan adanya grafik antara logaritme tetapan kecepatan
reaksi lawan σ yang
non-linear, diperoleh dari reaksi klorinasi dengan nitrasi benzena
tersubstitusi, dan reaksi benzilhalida dengan amina. Tetapan kecepatan reaksi
solvolisis meta-substitusi fenil dimetil karbinil klorida memberikan grafik
linier terhadap tetapan σ, tetapi para substituen menyimpang dari linearitas.
Alasan yang paling penting untuk deviasi ini adalah interaksi resonansi antara
substituen dengan pusat reaksi.
Nilai σ yang berbeda
diperlukan untuk menghubungkan reaktivitas substituen dalam reaksi. Brown dkk.
mengusulkan tetapan substituen baru (disimbol σ+) yang bedasarkan pada solvolisis
fenil metil karbinil klorida sebagai reaksi pembanding.
Nilai σ+ bagi
beberapa substituen didaftar dalam Tabel 1. Pada tabel tersebut tampak jelas
bahwa σp+ berbeda
dari σp untuk
substituen yang bersifat sangat pemberi elektron. Hal ini menggambarkan derajat
resonansi yang lebih tinggi antara substituen dengan pusat reaksi bermuatan
positif. Hubungan data kecepatan reaksi dengan nilai σ+ juga telah
diperoleh dalam sejumlah hal. Hal yang dapat dicatat dari Tabel 1 bahwa reaksi
ion karbonium biasanya menghasilkan nilai negatif ρ yang besar
dan dipermudah oleh pengusiran elektron.
Pertanyaan :
1.
Apa hubungan tetapan reaksi (ρ) dengan hasil
yang diperoleh dari persamaan hammet ?
2.
Faktor apa saja yang mempengaruhi nilai tetapan reaksi
?
3.
Adakah syarat tertentu bagi reksi untuk dapat
menggunakan persamaan hammet ?
DAFTAR PUSTAKA
Bansal, R.
K. 1980. Organic Reaction Mechanisms. New Delhi : McRaw-Hill Publishing
Company Limited.
Firdaus,
2009. Kimia Organik Fisis I.Program Studi Kimia Jurusan Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin.
Pranowo D, Dr. Harno. 2007. BAHAN AJAR KIMIA ORGANIK FISIK.
Yogyakarta : Jurusan Kimia FMIPA UGM.
Hubungan tetapan reaksi dengan persamaan hammett adalah besarnya nilai ρ menunjukkan kepekaan pusat reaksi terhadap efek polar dari substituen dan juga akan memberikan informasi tentang sifat keadaan transisi yang terlibat dalam reaksi persamaan hammet. Bila substituen nya pemberi elektron maka nilai tetapan reaksi akan negatif begitu sebaliknya.
BalasHapusterima kasih atas materinya kak, saya mencoba menjawab pertanyaan no 3, menurut saya persamaan hammett dapt diterpkan pada senyawa turunan benzene dengan substituen pada posisi meta dan para
BalasHapusNilai ρ menunjukkan kepekaan pusat reaksi terhadap efek polar dari substituen dan juga akan memberikan informasi tentang sifat keadaan transisi yang terlibat dalam reaksi persamaan Hammett. Bila substituen nya pemberi elektron maka nilai tetapan reaksi akan negatif begitu sebaliknya.
BalasHapusbaik saya akan mencoba menjawab pertanyaan 1, Suatu reaksi yang melibatkan muatan positif dalam keadaan transisi akan dibantu oleh substituen pemberi elektron dan nilai ρ akan negatif. Di pihak lain bagi reaksi yang melibatkan penurunan muatan positif atau meningkatan muatan negatif akan dipermudah oleh substituen penarik elektron dan nilai ρ akan positif. Besarnya nilai ρ menunjukkan kepekaan pusat reaksi terhadap efek polar dari substituen dan juga memberikan informasi tentang sifat keadaan transisi yang terlibat dalam reaksi. Kecepatan sejumlah reaksi telah dihubungkan dengan persamaan Hammet, dan beberapa yang lain dapat diperkirakan dengan menggunakan persamaan Hammet. Sangat sulit memperkirakan ρ dari kondisi percobaan karena ρ tergantung pada banyak faktor seperti pelarut, sifat gugus pergi, dan sebagainya. Penempatan gugus metilen di antara pusat reaksi dengan cincin aromatik akan menurunkan nilai ρ karena efek polar diteruskan melalui ikatan yang telah bertambah.
BalasHapusterimakasih atas pemaparan materinya kak, saya akan mencoba menjaab pertanyaan no.2
BalasHapustetapan reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya; pelarut, dan sifat gugus pergi. Penempatan gugus metilen diantara pusat reaksi dengan cincin aromatik akan menurunkan nilai ρ karena efek polar diteruskan melalui ikatan yang telah bertambah.
pertanyaan 1: Besarnya nilai ρ menunjukkan kepekaan pusat reaksi terhadap efek polar dari substituen dan juga memberikan informasi tentang sifat keadaan transisi yang terlibat dalam reaksi. bagi reaksi yang melibatkan penurunan muatan positif atau meningkatan muatan negatif akan dipermudah oleh substituen penarik elektron dan nilai ρ akan positif.
BalasHapuspertanyaan: faktor yang dapat mempengaruhi yaitu pelarut, dan sifat gugus pergi.
Terimakasih atas materinya, menurut saya Hubungan tetapan reaksi dengan persamaan hammett adalah besarnya nilai ρ menunjukkan kepekaan pusat reaksi terhadap efek polar dari substituen dan juga akan memberikan informasi tentang sifat keadaan transisi yang terlibat dalam reaksi persamaan hammet. Bila substituen nya pemberi elektron maka nilai tetapan reaksi akan negatif begitu sebaliknya.
BalasHapusTerimakasih atas ilmunya, saya akan coba menjawab pertanyaan no 1 Suatu reaksi yang melibatkan muatan positif dalam keadaan transisi akan dibantu oleh substituen pemberi elektron dan nilai ρ akan negatif. Di pihak lain bagi reaksi yang melibatkan penurunan muatan positif atau meningkatan muatan negatif akan dipermudah oleh substituen penarik elektron dan nilai ρ akan positif.
BalasHapus