KONTROL KINETIK DAN TERMODINAMIK
SERTA KURVA PROGRES REAKSI
Nesya el Hikmah
Universitas Jambi
Mekanisme reaksi adalah proses nyata
yang terjadi dalam suatu reaksi, memperlihatkan ikatan yang putus,
urutan-untannya, berapa tahap yang terlibat, kecepatan relatif masing-masing
tahap, dan sebagainya. Untuk menyatakan mekanisme secara lengkap maka posisi
semua atom harus ditentukan, termasuk molekul pelarut dan energi sistem pada
setiap titik dalam proses. Banyak contoh yang telah diketahui di mana reaksi
berjalan melalui mekanisme yang berbeda pada kondisi yang berbeda. Setiap
mekanisme reaksi yang diusulkan harus dapat menjelaskan semua data
yang diperoleh dari reaksi bersangkutan. Salah satu
faktor yang mempengaruhi dalam mekanisme suatu reaksi yaitu kinteika dan
termodinamika reaksi tersebut.
Subyek yang sangat penting dalam
termodinamika adalah keadaan kesetimbangan, maka termodinamika adalah metoda
yang sangat penting untuk mejajaki keadaan kesetimbangan suatu reaksi kimia.
Sedangkan kinetika kimia adalah bagian ilmu kimia
fisika yang mempelajari laju reaksi kimia, faktor-faktor yang mempengaruhinya
serta penjelasan hubungannya terhadap mekanisme reaksi.
Kontrol Kinetik dan Kontrol
Termodinamik
Ada banyak hal dalam mana suatu
senyawa di bawah kondisi reaksi yang diberikan dapat mengalami reaksi kompetisi
menghasilkan produk yang berbeda.
Gambar diatas memperlihatkan profil energi-bebas
untuk suatu reaksi dalam mana B lebih stabil secara termodinamika daripada C
(ΔG lebih rendah), tapi C terbentuk lebih cepat (ΔG‡
lebih rendah). Jika tidak ada satupun reaksi yang revesibel maka C akan
terbentuk lebih banyak karena terbentuk lebih cepat. Produk tersebut dikatakan
terkontrol secara kinetik (kinetically
controlled). Akan tetapi, jika reaksi adalah reversibel maka hal tersebut
tidak menjadi penting. jika proses dihentikan sebelum kesetimbangan tercapai
maka reaksi akan dikontrol oleh kinetik karena akan lebih banyak diperoleh
produk yang cepat terbentuk. Akan tetapi jika reaksi dibiarkan sampai mendekati
kesetimbangan maka produk yang akan dominan adalah B. di bawah kondisi
tersebut, C yang mula-mula terbentuk akan kembali ke A, sementara B yang lebih
stabil tidak berkurang banyak. Maka dikatan bahwa produk terkontrol secara
termodinamik (thermodynamically controlled). Tentu saja Gambar tersebut tidak
menggambarkan semua reaksi dalam mana senyawa A dapat memberikan dua produk. Di
dalam banyak hal, produk yang lebih stabil adalah juga merupakan produk lebih
cepat terbentuk. Di dalam hal yang demikian, produk kontrol kinetik adalah juga
produk kontrol termodinamika.
Kontrol
termodinamika atau kinetika dalam reaksi kimia dapat menentukan komposisi
campuran produk reaksi ketika jalur bersaing mengarah pada produk yang berbeda
serta selektivitas dari pengaruh kondisi reaksi tersebut. Kondisi reaksi
seperti suhu, tekanan atau pelarut mempengaruhi jalur reaksi; maka dari itu
kontrol termodinamik maupun kinetik adalah satu kesatuan dalam dalam suatu
reaksi kimia. Kedua kontrol reaksi ini disebut sebagai faktor termodinamika dan
faktor kinetika, dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Faktor termodinamika (adanya
stabilitas realtif dari produk) Pada suhu tinggi, reaksi berada di bawah
kendali termodinamika (ekuilibrium, kondisi reversibel) dan produk utama berada
dalam sistem lebih stabil.
2. Faktor kinetik (kecepatan
pembentukan produk) Pada temperatur rendah, reaksi ini di bawah kontrol kinetik
(tingkat, kondisi irreversible) dan produk utama adalah produk yang dihasilkan
dari reaksi tercepat.
Reaksi
sederhana berikut (gambar 1) adalah koordinat diagram yang menggambarkan dasar
tentang kontrol termodinamika dan kinetika.
Pada diagram
tersebut dapat dijelaskan bahwa bahan awal (SM) dapat bereaksi untuk memberikan
dua produk yang berbeda yaitu P1 (garis hijau) dan P2 (garis biru) melalui
jalur yang berbeda. Reaksi 1 (hijau) menghasilkan P1, dimana reaksi pada P1
akan bereaksi lebih cepat karena memiliki keadaan transisi lebih stabil (TS1).
Hal ini karena adanya penghalang aktivasi yang lebih rendah. Jadi P1 adalah
produk kinetik. Reaksi 2 (biru) menghasilkan P2. P2 adalah produk yang lebih
stabil karena berada pada energi yang lebih rendah dari P1. Jadi P2 adalah
produk termodinamika. Sekarang diperhatikan apabila temperatur pada reaksi
tersebut diubah sehingga energi rata–rata molekul berubah:
1. Pada tempearture rendah,
reaksi terjadi sepanjang jalur hijau (P1) dan akan berhenti ketika kekurangan
energi untuk membalikkan ke SM (irreversibel), sehingga rasio produk reaksi
ditentukan oleh tingkat pembentukan P1 dan P2, K1: K2.
2. Pada temperatur sedikit lebih
tinggi akan menjadi reversibel sementara reaksi 2 tetap irreversibel. Jadi
meskipun P1 dapat membentuk awalnya, dari waktu ke waktu akan kembali ke SM dan
bereaksi untuk menghasilkan produk P2 yang lebih stabil.
3. Pada suhu tinggi, baik reaksi
1 dan 2 adalah reversibel dan rasio produk reaksi ditentukan oleh konstanta
kesetimbangan untuk P1 dan P2; K1 : K2
Kinetika
berkaitan kecepatan reaksi, termodinamika berkaitan dengan stabilitas
intermediet atau produk yang terjadi. Reaksi karbonil merupakan contoh reaksi
yang menarik untuk membahas kontrol reaksi. Hal ini dikarenakan banyaknya
produk yang bisa saja terbentuk jika tidak dikontrol secara ketat. Ini
berkaitan dengan adanya “diverse
reactivity” senyawa karbonil. Di satu sisi dia bisa berperilaku sebagai
elektrofil, namun juga bisa bersifat nukleofil pada kondisi tertentu. Satu
contoh misalnya pada reaksi Aldol, dengan 2 reaktan (A dan B) yang sama-sama
mempunyai hidrogen alfa, maka kemungkinan reaksi yang terjadi: A + A, A + B, B
+ A, dan B + B. Artinya, selain adanya kondensasi silang, juga terdapat
selfcondensation. Belum selesai masalah tersebut jika ternyata senyawa A ata B
berupa molekul asimetri sehingga adanya 2 kemungkinan H alfa yang menghasilkan intermediet yang
berbeda (regioselektivitas).
Dalam reaksi dikenal istilah kemoselektivitas dan regioselektivitas. Kedua
selektivitas tersebut dapat dikontrol dengan cara kinetika dan termodinamika.
Kemoselektivitas adalah memilih untuk dapat mereaksikan salah satu gugus
fungsional dari dua gugus yang berada pada satu molekul. Contoh pada senyawa
karbonil, yang bisa berperan sebagai nukleofil (sebagai enolat) dan juga
elektrofil.
Regioselektivitas adalah memilih untuk dapat mereaksikan salah satu dari
gugus fungsional yang sama pada satu molekul. Contoh keton asimetris, yang
memiliki dua atom C alfa yang bisa berperan sebagai nukleofil.
Senyawa karbonil yang memiliki H alfa jika diperlakukan pada kondisi asam,
akan membentuk enol, sedangkan pada kondisi basa membentuk ion enolat.
Kondisi asam 3 termasuk kontrol termodinamik karena mengacu pada kestabilan
intermediet (enol). Sedangkan kondisi basa, termasuk kontrol kinetik karena
mengacu pada terbentuknya ion enolat yang berjalan cepat.
Perlakuan metil keton dengan LDA biasanya menghasilkan hanya lithium enolat
pada sisi metil. Enolat ini terbentuk cepat, dan berikutnya dikenal dengan nama
enolat kinetik. Alasan terbentuk cepat:
a. proton pada
gugus metil adalah lebih asam
b. terdapat
tiga H alfa pada sisi metil dibandingkan 2 H alfa pada sisi lainnya
c. terdapat
hambatan sterik pada penyerangan LDA pada sisi lain dari gugus karbonil.
Contoh sederhana yaitu kondensasi antara pentan-2-on dengan butanal
menghasilkan produk aldol kemudian mengalami dehidrasi menjadi enone
(oct-4-en-3-on) dengan katalis asam. Reaksi ini dikenalkan oleh Gilbert Stork
pada tahun 1974.
Enolat lithium kinetik ini stabil pada THF pada suhu –78 °C dalam waktu
yang singkat, namun dapat disiapkan pada suhu ruangan dalam bentuk silil eter.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa enolat kinetik adalah enolat yang terbentuk
pada sisi keton yang kurang tersubstitusi. Sedangkan enolat termodinamik yaitu
enolat yang terbentuk pada sisi keton yang lebih tersubstitusi. Hal ini dapat
dijelaskan yaitu sama seperti alkena, suatu enol atau enolat akan lebih stabil
pada posisi yang lebih tersubstitusi. Contoh yang paling sukses dari enol silil
termodinamik adalah 1-fenilpropan-2-on.
Rangkuman
perbandingan enolat termodinamik dan kinetik:
Pertanyaan :
1. Bagaimana keadaan yang mempengaruhi kestabilan suatu senyawa organik?
2. Jelaskan perbedaan yang mencolok terhadap hasil enolat kinteik dan enolat termodinamik!
3. Adakah pengaruh suhu terhadap energu yang dihasilkan ? jelaskan !
DAFTAR PUSTAKA
Firdaus, 2009. Kimia Organik Fisis I.Program Studi
Kimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Hasanuddin.
Grossman, R.,B., 2002. The Art of Writing Reasonable
Organic Reaction Mechanisms. Second Edition.Springer: New York
Hart, H., Crain,L.E., Hart,D.J.,2003. Kimia Organik:
Suatu Kuliah Singkat. Edisi Ke Sebelas. Alih bahasa Suminar Setiati Achmadi.
Penerbit Erlangga: Jakarta
Terimakasih untuk materinya.
BalasHapusSaya ingin menjawab pertanyaan no. 2
Perbedaan antara kontrol kinetik dan kontrol termodinamik adalah
Kontrol kinetik kurang disubstitusi lebih, kurang stabil, suhu rendah dan reaksinya pendek..
Sedangkan kontrol termodinamik lebih stabil, lebih disubstitusi, suhunya tinggi dan reaksinya panjang.
Terimakasih bnyak penjelasannya. Sangat bermanfaat
BalasHapusMenurut teorinya suhu merupakan kunci utama dalam kontrol termodinamika, termo adalah suhu dinamika adalah gerak. agar mencapai kestabilan kinetika kimia, dengan konsentrasi yang tinggi maka suhu harus di turunkan, begitu juga sebaliknya apabila konsentrasi rendah maka suhu harus di turunkan agar tidak terjadi tumbukan molekul yang berlebihan yang dapat mengakibatkan ledakan. setelah memperhatikan suhu dan konsentrasi kita juga harus memperhatikan tekanan, semakin tinggi konsentrasi dan suhu, maka tekanan yang dihasilkan juga akan semakin besar oleh karna itu ada hal lain yang kita harus perhatikan yaitu volume, apabila tekanan semakin besar , sementara konsentrasi dan suhuyang digunakan juga besar maka kita harus memperbesar volume agar tidak terjadi hal yang tidak di inginkan. Semoga bermanfaat
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusTerimakasih atas penjelasannya, saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 3. Pengaruh suhu terhadap energi yg dihasilkan ada. sebagaimana perbedaan hasil di kontrol kinetik dan kontrol termodinamik. Dimana kontrol termodinamik dengan suhu tinggi menghasilkan produk yg lebih stabil dengan energy yg lebih besar karna suhu yg tinggi membutuhkan waktu rekasi yg ckup lama sehingga energi yg akan dihasilkan lebih besar dan produk ny lebih stabil
BalasHapusYg paling mencolok adalah kemampuan nya dalam mensubstitusi. Dapat dilihat berdasarkan pemaparan diatas dimana hasil dari kontrol termodinamik lebih mudah disubtitusi dibading kontrol kinetik sehingga produk dari kontrol termodinamik lebih stabil dengan suhu tinggi dan waktu reaksi yg cukup lama..
BalasHapusSemoga bermanfaat 😊
Perbedaan antara kontrol kinetik dan kontrol termodinamik adalah
BalasHapusKontrol kinetik kurang disubstitusi lebih, kurang stabil, suhu rendah dan reaksinya pendek..
Sedangkan kontrol termodinamik lebih stabil, lebih disubstitusi, suhunya tinggi dan reaksinya panjang.
Terimakasih atas penjelasannya, saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 3. Pengaruh suhu terhadap energi yg dihasilkan ada. sebagaimana perbedaan hasil di kontrol kinetik dan kontrol termodinamik. Dimana kontrol termodinamik dengan suhu tinggi menghasilkan produk yg lebih stabil dengan energy yg lebih besar karna suhu yg tinggi membutuhkan waktu rekasi yg ckup lama sehingga energi yg akan dihasilkan lebih besar dan produk ny lebih stabil
BalasHapus