Physical
Organic Chemistry
Nesya el Hikmah
Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi
nesyaelhikmah96@gmail.com
Nesya el Hikmah
Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi
nesyaelhikmah96@gmail.com
Mempelajari
kimia organik fisik pada hakekatnya adalah mengkaji aspek fisik dari suatu
senyawa organik. Dengan menegtahui secara baik aspek fisik suatu molekul
organik maka dapat dirancang suatu sintesa molekul target tertentu dengan
pendekatan diskoneksi terutama mensintesis suatu senyawa yang bermanfaat
khususnya untuk obar-obatan yang secara alami kadarnya sangat rendah dalam
makhluk hidup. Dalam perancangan suatu sintetik mutlak mengalami reaktivitas
starting material, jenis dan mekanisme reaksinya serta kemungkinan reaksi
samping yang terjadi dan bagaimana agar suatu reaksi bersifat kemoslektif.
Konsep-konsep yang
diperlukan dalam mempelajari struktur molekul senyawa organik diantaranya
adalah : elektronegativitas, ikatan hidrogen, gaya van der waals,
polarizabilitas, gugus fungsi, efek induksi, resonansi, hyperkonjugasi, tautomeri,
dan regangan ruang. Elektronegatifitas adalah suatu konsep yang dimunculkan
oleh kimiawan sebagai hasil pengembangan dari fenomena momen dipole permanen
yang ditimbulkan oleh molekul-molekul asimetris.
Elektronegatifitas didefinisikan
sebagai tenaga laten dari suatu atom dalam suatu molekul untuk menarik
elektron. Konsep ini tergantung pada teori struktur kimia organik modern untuk
menginterpretasi beberapa sifat seperti : kekuatan keasaman dan kebebasan, panjang
ikatan kimia, karakter ionik, volatilitas, kelarutan, potensial redoks,
kekuatan hidrogen, dan lain-lain.
Beberapa
metode yang telah diusulkan untuk menetapkan skala elektronegativitas atom-atom
namun yang paling luas penggunaannya adalah skala Pauling yang mana skala ini
berdasar pada data termodinamika. Pauling memikirkan bahwa adalah layak untuk
mengharapkan energi suatu ikatan A-B dari rata-rata aritmetika energi ikatan molekul
simetri A-A dan B-B. Tentu saja hal ini dapat dipenuhi jika atom A dan B cukup
mirip.
Jika
elektronegativitas A dan B berbeda maka kerapatan elektron ikatan kovalen akan
tidak simetris, tetapi lebih tinggi di dekat atom yang berelektronegativitas lebih
besar sehingga pada atom ini dihasilkan muatan parial negatif, dan pada atom
yang lain dihasilkan muatan positif.
Jadi, ikatan
kovalen tersebut mengandung karakter ionik, dan tarikan Coulombik antara muatan-muatan
yang berlawanan membuat ikatan menjadi lebih kuat daripada jika ikatan dalam
kovalen murni. Oleh karenanya energi ikatan yang teramati EAB akan lebih besar
daripada rata-rata aritmatika energi ikat A2 dan B2. Untuk menghitung perbedaan
ini, Pauling menggunakan persamaan:
Persamaan
ini digunakan untuk menyusun skala elektronegativitas relatif. Perlu diketahui
bahwa ∆AB adalah ekuivalen dengan panas yang dikeluarkan dari reaksi jika zat
semuanya dalam keadaan gas.
Seperti
batasan pada persamaan ∆AB , ∆ adalah energi ionik tambahan (ekstra) dari
ikatan kovalen A – B dan selalu positif. Namun, dalam beberapa hal, sebagai contoh
adalah alkali hidrida, ∆ yang terhitung adalah negatif. Pauling kemudian mengusulkan
bahwa jika rata-rata aljabar energi ikat diganti dengan rata-rata geometrik, maka
harga ∆ positif untuk semua hal.
Oleh
karena ∆AB muncul dari perbedaan elektronegativitas A dan B, maka layak untuk membuat
persamaan ∆AB sebagai fungsi dari perbedaan elektronegativitas.
Pauling
juga menemukan suatu hubungan yang layak antara perbedaan elektronegatifitas XA
– XB dengan ∆AB sesuai dengan persamaan :
Dan
dalam hubungannya dengan energi ikat, akan memberikan
Di sini energi ikat dinyatakan dalam elektron volt (eV).
Lebih lanjut, jika satu unsur dipilih sebagai pembanding (katakanlah hidrogen) maka
elektronegativitas unsur-unsur lain dapat ditentukan. Melalui Persamaan 1.9 dan
dengan memilih harga untuk XA= 2,1, Pauling telah menentukan elektronegativitas
beberapa unsur seperti dapat terlihat pada Tabel 1.1. Dengan menggunakan data
baru entalpi dan perbaikan harga energi ikat, elektronegativitas beberapa unsur
telah dihitung ulang dengan prosedur Pauling. Harga-harga ini diberikan pada
Tabel 1.2
Pada
Tabel 1.2, terdapat pula harga elektronegativitas beberapa unsur yang telah dihitung
dengan menggunakan prosedur Rochow, yaitu berdasarkan elektrostatik. Prosedur
Rochow tidak dibicarakan disini. Namun, bagaimanapun juga, data elektronegativitas
yang diperoleh melalui metode Rochow adalah lebih baik. Sebagai bukti adalah
sebagai berikut: 33C – H dan 33G – H bereaksi dengan 3Li masing-masing
membentuk 33CLi dan 33GeLi, sedangkan reaksi 34Si dan 34Sn dengan 3Li
masing-masing menghasilkan 34Si dan 34Sn. Ini berarti bahwa ikatan C – H dan Ge
– H jauh lebih polar dari pada ikatan Si – H dan Sn – H (dengan H positif). Hal
ini dapat diharapkan demikian jika elektronegatifitas C dan Ge jauh lebih besar
dari pada Si dan Sn. Pada Tabel 1.2 juga tampak bahwa harga elektronegatifitas
dengan metode Rochow terlihat memberikan elektronegatifitas antara C dan Ge
dengan Si dan Sn yang cukup besar. Bukti lain dari ketetapan metode Rochow
dapat dilihat dalam reaksi berikut :
, tetapi
DAFTAR PUSTAKA
https://yustikaforict.wordpress.com/kimia-universitas/kimia-organik/kimia-organik-fisik/ (Diunduh pada tanggal 06 November 2016)
Firdaus. 2009. Mata Kuliah Kimia Organik Fisis I. FMIPA, Universitas Hasanudin.
Bisa digambarkan sedikit mengenai elektrostatik itu sendiri? Terimakasih
BalasHapusbaiklah terimakasih atas pertanyaanya. berdasarkan artikel yang telah saya baca elektrostatik merupakan kajian tentang cas-cas elektrik yang statik.statik sendiri artinya tidak bergerak. cas terdiri dari cas positif dan cas negatif. ciri-ciri daya elektrostatik yaitu apabila cas memiliki muatan yang sama akan saling tolak menolak, sedangkan cas dengan muatan berbeda akan tarik menarik. salah satu contoh dalam kehidupan sehari-hari yaitu fenomena terjadinya kilat. semoga dapat dipahami, terimakasih :)
BalasHapusTerimakasih atas ilmunya, lalu bagaimana hubungan elektronegatifitas dengan golongan suatu unsur??
BalasHapusMohon tanggapannya
baiklah terimakasih atas pertanyaanya. berdasarkan artikel yang telah saya baca kecenderungan skala elektronegativitas atom-atom unsur dalam tabel periodik unsur menunjukkan perubahan yang relatif kontinu. unsur-unsur yang terletak dalam satu golongan mempunyai harga elektronegatifitas yang semakin menurun dengan naiknya nomor atom. sedangkan dalam satu periode umumnya naik dengan naiknya nomor atom. semoga bermanfaat, terimakasih :)
HapusTerima kasih atas penjelasannya, apakah keelektronegatifan berhubungan dengan konsep lainnya dalam menentukan struktur senyawa organik? Mohon penjelasannya. Terima kasih
BalasHapusterimakasih atas pertanyaannya, menurut saya iya bahwa keelektronegatifan berhubungan dengan konsep lainnya dalam menentukan struktur senyawa organik. karna akan terjai interkasi antar ikatan molekul organik. salah satunya gaya van der waals
HapusTerimakasih atas infonya sangat bermanfaat. Saya mau tanya, apakah gugus fungsi berpengaruh terhadap regangan ruang? Terimakasih
BalasHapusterimakasih atas pertanyaanya, Dengan adanya gugus fungsi pada suatu molekul akan menjadi penentu dari sifat suatu molekul itu, dimana gugus fungsi disini menjadi pusatnya reaksi senyawa itu. Kemudian untuk regangannya tersendiri tergantung dari gugus fungsi yang terdapat pada suatu senyawa, kita dapat meentukan besar regangan secara manual yaitu dengan cara sebagai berikut
Hapuso Makin besar ikatan regangan makin tidak stabil
o Makin kecil ikatan regangan makin stabil
o Makin kaku ikatan regangan makin tidak stabil
Wah, luar biasa.
BalasHapusTolong beritahu saya, bagaimana keelektronegatifan mempengaruhi panjang ikatan dan kelarutan suatu senyawa?
Terima kasih.
terimakasih atas pertanyaanya, keelektronegatifan mempengaruhi pada panjang ikatan, dan panjang ikatan pun mempengaruhi kelarutan. semakin panjang ikatan suatu molekul organik maka kelarutan akan semakin kecil
HapusTerimakasih atas infonya, saya jadi lebih mengerti tentang manfaat keelektronegarivitasan suatu molekul organik
BalasHapusterimkasih kembali atas kunjungannya, semoga bermanfaat :)
Hapus