TAUTOMERI
Nesya el Hikmah
Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi
Tautomer adalah isomer yang berbeda
susunan ikatan tunggal dan ikatan rangkap dan atom yang kecil, seperti atom
hidrogen.
Contoh:
Tautomerisasi adalah isomer-isomer
yang berbeda satu dengan lainnya hanya pada posisi ikatan rangkap dan sebuah
atom hidrogen yang berhubungan. Karena atom hidrogen berada dalam posisi yang
berlainan, kedua bentuk tautomerik ini bukanlah struktur resonansi, melainkan
dua struktur berlainan yang berada dalam kesetimbangan (harus diingat bahwa
struktur-struktur resonansi berbeda hanya dalam hal posisi elektron)
Mekanisme umum:
Suatu senyawa karbonil dengan suatu hidrogen alfa yang
bersifat asam, dapat berada dalam dua bentuk yang disebut tautomer : suatu
tautomer keto dan sebuah tautomer enol. Tautomer
adalah isomer-isomer yang berbeda satu dengan yang lainnya hanya pada posisi
ikatan rangkap dan sebuah atom hidrogen berhubungan. Tautomer keto suatu
senyawa karbonil mempunyai struktur karbonil seperti diharapkan. Tautomer enol (dari –ena+-ol)
yang merupakan suatu alcohol vinilik, terbentuk dengan serah-terima sebuah
hidrogen asam dari karbon α ke oksigen karbonil. Karena atom hidrogen berada
dalam posisi yang berlainan, kedua bentuk tautometrik ini bukanlah
struktur-resonansi, melainkan dua struktur berlainan yang berada dalam
kesetimbangan. (harus diingat bahwa struktur-struktur resonansi berbeda hanya
dalam posisi elektron).
Orang sering bimbang terhadap
perbedaan antara resonansi dan tautomerisasi. Berikut tiga pedoman yang harus
diingat:
1. Tautomerisasi
adalah suatu kesetimbangan antara isomer, yang berbeda pada tempat lokasi
ikatan rangkap dan hidrogen. Kesetimbangan ditunjukkan dengan tanda panah.
2. Stuktur
resonansi, diperlihatkan seperti pada kesetimbangan dengan anak panah, dan
bukan merupakan spesies yang berbeda yang berada dalam kesetimbangan. Resonansi
hanya merupakan pola ikatan π yang berbeda.
3. Tidak
seperti struktur isomer, semua struktur resonansi adalah merupakan spesies yang
berbeda, dengan pola ikatan sigma (dengan beberapa pengecualian) dan geometry
yang identik.
Senyawa I dan II adalah tautomer, mereka berisomer dan
berada dalam kesetimbangan satu sama lainnya. Sedangkan senyawa III, IV dan V
adalah bentuk resonansinya, hibridisasi ketiga struktur ini dapat dinyatakan dalam tiga bentuk dengan
pelepasan proton dari senyawa I.
Suatu senyawa karbonil dengan suatu hidrogen alfa yang
bersifat asam, dapat berada dalam dua bentuk yang disebut tautomer: suatu
tautomer keto dan sebuah tautomer enol
Tautomeri adalah
perpindahan atom dalam satu molekul menjadi isomer. contohnya perubahan keto
menjadi enol, amin menjadi imin.
Kuantitas relative enol versus keto
dalam suatu cairan murni dapat diperkirakan dengan spektroskopi inframerah atau
nmr. Aseton terutama ada dalam keto (99,99% menurut prosedur titrasi khusus).
Kebanyakan aldehida dan keton yang sederhana juga terutama ada dalam bentuk
keto. Tetapi, 2,4-pentanadion terdiri dari 80% enol. Lalu bagaimana perbedaan
besar ini dapat dijelaskan? Perhatikan struktur tautomer 2,4-pentanadion:
Bentuk enol tidak hanya memiliki
ikatan rangkap berkonjugasi, yang sedikit menambah kestabilan, tetapi juga
memiliki susunan yang sedemikian rupa sehingga mmemungkinkan terbentuknya
ikatan hidrogen internal, yang membantu menstabilkan tautomer ini. Tautomeri
dapat mmempengaruhi kereaktifan suatu senyawa. Suatu pengecualian terhadap
sifat keton yang tidak mudah teroksidasi, ialah oksidasi keton yang memiliki
sekurang-kurangnya suatu hidrogen alfa. Suatu keton yang dapat menjalani
tautomeri dapat dioksidasi oleh zat-pengoksidasi kuat pada ikatan rangkap
karbon-karbon (dari) tautomer enolnya. Rendemen reaksi ini tidak diguakan untuk
kerja sinetik, tetapi sering digunakan dalam penuturan struktur.
Keberadaan setiap bentuk enol maupun keto didukung oleh
dua set reaksi di bawah ini :
Reaksi yang mendukung struktur enol
1) Etil asetoasetat
dapat bereaksi dengan Na membentuk garam Na yang sesuai. Reaksi ini merupakan
sifat alkohol dan mengindikasikan adanya gugus hidroksi.
2) Dapat
bereaksi dengan PCl5 menghasilkan etil-2-kloroetanoat
(etil-β-kloroasetat). Reaksi ini terjadi
bila gugus OH diganti oleh atom Cl, sebagai tipe senyawa hidroksi.
3) Bila
ditambahkan Br2 etanolat, etilasetoasetat menghilangkan warna brom
dengan cepat. Hal ini menunjukkan adanya
ikatan rangkap karbon dengan karbon (C=C).
4) Bereaksi
dengan asetilklorida menghasilkan senyawa turunan asetil, berarti menunjukkan
adanya gugus hidroksi.
5) Etilasetoasetat
memberikan warna ungu kemerahan bila ditambahkan sedikit larutan FeCl3,
karakteristik ini menunjukkan adanya gugus fenol.
6) Meskipun
kelihatannya netral, tetapi dapat melarutkan suatu alkalis; berarti menunjukkan
karakter asam.
Reaksi yang mendukung struktur keto
1) Adanya gugus
karbonil dalam etilasetoasetat ditunjukkan dengan reaksi:
a. Larutan Na-bisulfit membentuk kristal senyawa bisulfit,
b. Hidrogensianida membentuk suatu sianohidrin,
c. Hidroksilamin membentuk oksim, dan
d. Fenilhidrasin membentuk fenilhidrazon
2) Direduksi dengan
Na/Hg (natrium amalgama) menghasilkan alkohol sekunder sebagai hasil reduksi
suatu gugus keto.
3) Etilasetoasetat
bila dihidrolisis dengan basa atau KOH alkoholat, kemudian diasamkan dan
selanjutnya dipanaskan pada 200oC menghasilkan
aseton. Hal ini menunjukkan adanya gugus
karbonil.
Dari reaksi di atas jelaslah bahwa
secara simultan adanya kedua bentuk, yaitu keto dan enol dalam
etilasetoasetat. Namun, bagaimanakah
cara memisahkan kedua bentuk tersebut. Teori tentang adaya kesetimbangan
dinamik dalam etilasetoasetat dikemukakan oleh Ludwig Knorr (1911). Beliau telah berhasil memisahkan kedua bentuk
tautomeri tersebut dengan jalan mendinginkan larutan etilasetoasetat dalam
petroleum eter pada -78oC, hingga terbentuk kristal putih tidak
berwarna dengan titik leleh -39oC . Hasil ini bila
ditetesi larutan FeCl3 tidak memberikan perubahan warna, demikian
juga dengan larutan Brom dalam etanol tidak menghilangkan warna brom. Oleh sebab itu, dapat dipastikan bahwa
kristal tersebut adalah bentuk keto murni.
Bentuk enol telah diisolasi oleh
Knorr dengan menambahkan suspensi garam natrium ke dalam etilasetoasetat dalam
petroleum eter dan dilewatkan ke dalam sejumlah gas HCl untuk menguraikan garam
natrium. Hasilnya dibebaskan dari NaCl
dengan menyaring dan filtrat diuapkan di bawah tekanan rendah pada –78oC. Zat seperti minyak diperoleh dan memberikan
perubahan warna bila ditambah larutan FeCl3 dan juga menghilangkan
warna larutan brom dalam etanol.
Dipastikan zat tersebut adalah bentuk enol murni.
Tabel 1. Karakteristik
sifat bentuk Keto dan bentuk Enol (Knorr)
Bentuk Keto
|
Bentuk Enol
|
1. Kristal
jarum panjang tidak berwarna, t.l -39oC
2.
Indeks bias, nD10 = 1,4225
3. Tidak
memberikan perubahan warna dengan larutan FeCl3
4. Tidak
menghilangkan warna larutan brom dalam etanol
|
1. Cairan seperti
minyak , t.d –78oC
2. Indeks bias, nD10
= 1,4430
3. Memberikan perubahan warna
dengan larutan FeCl3
4. Menghilangkan warna
larutan brom dalam etanol
|
Knor selanjutnya menunjukkan bahwa
meskipun bentuk keto dan bentuk enol dapat dipisahkan, namun pada temperatur
kamar keduanya adalah identik. K.H.Meyer
(1920) mengkonfirmasi pendapat Knorr tentang tautomeri keto-enol dalam etil
asetat. Beliau juga berhasil memisahkan bentu keto murni dan bentuk enol murni
dengan distilasi bertingkat dalam peralatan quarts dan diperoleh hasil (enol,
t.d = 41oC; keto t.d = 23oC, keduanya pada tekanan 2
mmHg). Beliau juga mengatakan, bahwa
interkonversi bentuk keto dan bentuk enol dari etilasetoasetat dikatalisisi
oleh asam dan basa. Pemisahan kurang
efektif bila dilakukan pada alat gelas soda.
Meyer juga menentukan komposisi dari
kesetimbangan dinamik ini dan hasilnya dapat disimpulkan bahwa pada temperatur
kamar etilasetoasetat mengandung 7,5% bentuk enol, sedangkan 92,5% dalam bentuk
enol. Hasil yang sama juga diperoleh
bila menggunakan spektrum NMR. Komposisi
ini dipengaruhi oleh pelarut dan suhu.
Tabel 2. Komposisi
Etilasetoasetat dalam pelarut berbeda pada 18oC (Meyer)
Pelarut
|
% bentuk keto
|
% bentuk enol
|
Air
Etanol
Eter
n-heksana
|
99,6
90
73
54
|
0,0
10
27
46
|
Mekanisme Tautomeri
Keto-Enol
Telah
kita amati bahwa tautomer keto-enol berbeda hanya terhadap posisi
hidrogen. Hal itu dipercaya bahwa
interkonversi tautomer melibatkan pemisahan sebuah proton pada satu atom dan
adisi proton pada atom lainnya. Jenis
tautomeri dimana terjadi perubahan dalam posisi sebuah proton disebut Prototropi
(Yunani : trope, belok). Mekanisme tautomeri keto-enol dikatalisis oleh
asam atau basa. Secara umum, mekanisme
katalisis oleh asam atau basa sebagai berikut:
Katalisis oleh asam terjadi melalui
dua tahap :
1.
Protonasi pada oksigen memberikan asam konyugasi.
2.
Abstraksi proton pada karbon.
Reaksi
Oksidasi
Tautomeri dapat mempengaruhi
kereaktifan suatu senyawa. Suatu pengecualian terhadap sifat keton yang tidak
mudah teroksidasi, ialah oksidasi keton yang memiliki sekurang-kurangnya satu
hidrogen . Suatu keton yang dapat mengalami tautomeri dapat dioksidasi oleh zat
pengoksidasi kuat pada ikatan rangkap karbon-karbon (dari) tautomer enolnya
Pendorong elektron – CH2CH3 >
– CH3 sehingga pada 1 < 2 akibatnya ikatan C-H pada 1 cenderung
lebih sulit diputuskan
*) oksidasi keton → asam karboksilat
DAFTAR
PUSTAKA
Terima kasih atas penjelasannya sangat bermanfaat dan saya ingin bertanya apakah yang dapat mempengaruhi pembentukan tautomeri?
BalasHapusterimakasih atas pertanyaannya, beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan tautomeri yaitu temperatur, pH dan pelarut
HapusTerima kasih atas materinya yang sangat bermanfaat sekali
BalasHapusterimakasih atas kunjungannya, semoga membantu :)
HapusLuar biasa, Nesya.
BalasHapusTolong kasih tau aku, faktor utama pendorong terjadinya tautomer itu apa.
terimakasih atas pertanyaannya, menurut saya fator yang mempengaruhi terjadinya tautomer yaitu temperature, pH dan pelarut
HapusTerimakasih ulasan yang sangat informatif.
BalasHapusterimakasih atas kunjungannya, semoga membant :)
HapusMaterinya sangat bermanfaat sebagai referensi untuk lebih memahami materi ini. Terimakasih.
BalasHapusterima kasih atas materi yang telah saudari paparkan, menarik dan bermanfaat sekali untuk dijadikan sebagai referensi:)
BalasHapusterimakasih atas kunjungannya, semoga membantu :)
Hapusterima kasih atas paparannya yang sangat jelas
BalasHapusterimakasih atas kunjungannya, semoga bermanfaat :)
HapusTERIMAKASIH nesya el hikmah,,,
BalasHapusTapi saya mau tanya,,
yg berpengaruh trhadap pembentukan tautomer itu pH..
bisa tlong dijelaskan bagaimana bisa ph brpngruh trhdap pembentukan tautomer?